Detil Berita

ISC APTIK 2017: Saya Muda, Saya Peduli, Saya Indonesia

  • by: Master Web
  • 30 October 2017

Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) menyelenggarakan Intercultural Student Camp (ISC) 2017 Batch III. ISC yang merupakan program tahunan di bawah koordinasi Jaringan Akademik dan Kemahasiswaan (JAKA) APTIK ini diselenggarakan di Jakarta dan Bandung dengan host Universitas Katolik Atmajaya Jaya dan Universitas Katolik Parahyangan Bandung. “Saya Muda, Saya Peduli, Saya Indonesia” menjadi tema yang diolah dalam seluruh rangkaian kegiatan selama empat hari (Rabu, 25/10-Sabtu, 28/10). Universitas Katolik Musi Charitas (UKMC) menjadi salah satu peserta dari 18 perguruan tinggi yang terlibat dengan mengirimkan tujuh mahasiswa yaitu Malik Setyawan Nugraha, Yudha Prawira, Haryanto, Theresia Ivana Samosir, Juwita, Putri Zualika Rosilia Sonia Ono. Wakil Rektor III, Petrus Murwanto SCJ.,M.Hum turut hadir dan mendampingi
mahasiswa dalam kegiatan tersesbut.

 
Hari pertama dan kedua, kegiatan ISC terpusat di Unika Atmajaya. Dalam kegiatan itu hadir orang-orang muda yang yang memberi inspirasi pencerahan seperti orang-orang muda yang tergabung dalam British Council yang memberi wawasan tentang active citizen; Novi Athanasia Purba, seorang social entrepreuner Kama Batik yang juga pemenang Young Social Entrepreuner. (YSC) 2016. Para peserta diajak pula untuk menimba wawasan dan pengalaman dari sharing aktivitas negara, lembaga keagamaan dan komunitas tentang Pancasila. Hadir sebagai narasumber sharing yaitu Henry T. Simarmata (Tenaga Ahli UKP Pembinaan Ideologi Pancasila); Dr. Budhi Munawar Rachmat (Cendikiwan Muslim); Riaz Muzaffar (PGI); Mikhail Gorbachev (KWI) dan Siti Nurmalita Sari (Komunitas Gusdurian). Setelah dua hari menjalani dinamika ISC di Jakarta, pada malam di hari kedua para peserta ISC melakukan perjalanan menuju Unika Pahrayangan Bandung.

 
isc3
 
Selama dua hari di Bandung, para peserta diajak untuk mengenal dan peduli budaya dan lingkungan hidup. Saung Angklung Udjo menjadi pilihan untuk mengenal budaya sunda melalui seni Angklung. Sementara itu, Eco Learning Camp menjadi tempat untuk menimba wawasan dan membangun kepedulian terhadap lingkungan hidup. Pada hari Sabtu (28/10) peserta merayakan peringatan Hari Sumpah Pemuda dengan upacara bendera di Halaman Rektorat Unika Pahrayangan. Seusai upacara bendera, para perwakilan mahasiswa dari perguruan tinggi Katolik seluruh Indonesia ini diajak untuk menimba inspirasi dari Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC. Uskup Keuskupan Bandung tersebut mengajak para orang muda untuk berani menjadi Creative Minority. “Minoritas kreatif ada dalam banyak hal, tidak hanya menyangkut soal agama tetapi juga soal moral dan kultur. Orang muda mesti berani menjadi orang-orang kudus pada zaman ini. Menjadi orang kudus bukan berarti berdoa sepanjang hari tetapi menjadi orang yang kerja keras dan menciptakan dunia yang lebih baik”, katanya. Dalam kesempatan berbeda, Prof. Dr. Bambang Sugiarto, Guru Besar Fakultas Filsafat Unpar menyadarkan para peserta tentang identitas dalam konteks hidup yang beragam. “Identitas boleh lebih dari satu. Semakin beragam pergaulan dan semakin Anda berani keluar dari diri sendiri, maka Anda akan semakin menemukan identitas dan jati diri Anda. Semakin kita membutuhkan identitas, semakin kita membutuhkan toleransi bagi orang disekitar kita”, katanya. Selain dua tokoh itu, juga hadir tokoh inspiratif lain dalam dinamika talkshow Persada yaitu Nyoman Nuarta (Pendiri Nu-Art Sclupture Park); Jesslyn Setiawan Lesmana (Co-Founder Hunger Bank); Tubagus Fikri Chikara Satari (Ketua Karang Taruna Bandung); Fransiska Dimitri Inkiriwang (Tim Wissemu-Pendaki tujuh puncak gunung tertinggi di dunia).

 

Hari terakhir ISC APTIK pada malam hari menjadi malam budaya. Setiap perguruan tinggi menampilkan kekayaan seni dan budaya asal masing-masing perguruan tinggi. Puncak dari seluruh rangkain kegiatan ISC APTIK 2017 adalah deklarasi ISC yang disusun oleh para peserta. Ada tiga poin deklarasi yaitu satu, Pemuda-Pemudi lintas budaya berjanji untuk berpikir kritis, dinamis, kreatif dan visioner demi mempertahankan idealisme dan integritas. Dua, Pemuda-Pemudi lintas budaya berjanji untuk terbuka dan toleran dalam menghargai keberagaman sebagai upaya merawat identitas dan persatuan bangsa. Tiga, Pemuda-Pemudi lintas budaya berjanji untuk berpartisipasi aktif melestarikan lingkungan hidup dan kebudayaan, berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan dan bersikap kritis terhadap tata kelola pemerintahan.