Detil Berita

Wisuda IV Universitas Katolik Musi Charitas

  • by: Master Web
  • 30 August 2017

Pada hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017, Universitas Katolik Musi Charitas melaksanakan wisuda keempat.
Acara wisuda keempat ini diselenggarakan di Aula Gedung Joseph, Jalan Bangau No 60 Palembang. Jumlah wisudawan yang diwisuda adalah 141 lulusan, yang berasal dari ketiga Fakultas. Pertama, Fakultas Bisnis dan Akuntansi berjumlah 97 lulusan yang terdiri dari: Program Studi Akuntansi 45 lulusan dan Program Studi Manajemen 52 lulusan. Kedua, Fakultas Sains dan Teknologi berjumlah 35 wisudawan, yang terdiri dari: Program Studi Teknik Arsitektur 5 lulusan, Program Studi Teknik Industri 19 lulusan, Program Studi Teknik Informatika 5 lulusan dan Program Studi Sistem Informasi 6 lulusan. Ketiga, Fakultas Ilmu Kesehatan berjumlah 9 wisudawan, yang berasal dari Diploma III Kebidanan 2 lulusan, DIII Keperawatan 1 lulusan, DIV Analis Kesehatan 2 orang dan Profesi Ners 4 lulusan.

 

Prestasi tertinggi pada wisuda keempat ini diraih oleh Arizal Joni, S.E. Program Studi Manajemen dengan IPK 4,00.

 

Lulusan dengan predikat cumlaude berjumlah 22 orang, terdiri dari: Fakultas Bisnis dan Akuntansi berjumlah 15 lulusan yang terdiri dari: Program Studi Akuntansi 4 lulusan dan Program Studi Manajemen 11 lulusan. Fakultas Sains dan Teknologi berjumlah 7 wisudawan, yang terdiri dari: Program Studi Teknik Arsitektur 2 lulusan dan Program Studi Teknik Industri 5 lulusan.

 

Bapak Slamet Santoso Sarwono, MBA., DBA., selaku Rektor Universitas Katolik Musi Charitas, dalam sambutannya mengatakan, “Sejak awal abad ke 21, kecerdasan rasional manusia diidentikkan dengan IQ – Intelligence Quotient. Pada saat itu psikolog merancang sebuah instrumen untuk mengukur IQ seseorang dan instrumen ini dipakai untuk memilih orang-orang yang paling cerdas dan cemerlang. Akan tetapi penerapan instrumen ini menimbulkan kontroversi karena ternyata penerapan instrument ini dapat berbeda pada kultur-kultur (budaya) yang berlainan. Barulah pada pertengahan tahun 1990an muncul buku yang mengubah paradigma IQ yang ditulis oleh Daniel Goleman. Melalui riset neurologis Goleman menyebutnya kecerdasan emosional (EQ). Goleman menggambarkan jika emosi seseorang baik – sehat dan matang – orang itu dapat menggunakan seberapapun IQ yang dimiliki dengan lebih efektif. Akan tetapi jika emosi kita tidak matang kitapun tidak dapat menggunakan setinggi apapun IQ kita. Kecerdasan emosional menyangkut kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain. Kecerdasan ini juga berhubungan dengan kemampuan kita untuk memahami dan mengelola emosi kita sendiri yang berupa ketakutan, kemarahan, agresi dan kejengkelan. Riset neurologis terus berkembang dan menunjukkan bahwa otak manusia memiliki kecerdasan yang lain. Kecerdasan ini menyangkut kecerdasan yang digunakan untuk mengakses makna yang dalam, nilai-nilai fundamental dan kesadaran akan adanya tujuan yang abadi dalam hidup kita. Oleh Danah Zohar dan Ian Marshall kecerdasan ini disebut kecerdasan spiritual (SQ). Istilah spiritual yang digunakan ini tidak ada hubungannya dengan agama atau sistem kepercayaan. Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang kita pakai untuk merengkuh makna, nilai, tujuan yang terdalam, dan motivasi tertinggi kita – yang juga menyangkut kecerdasan kearifan.” terangnya.

 

Selamat dan profisiat kepada para wisudawan, jaya dan sukses selalu.